Review Film The Handmaiden
Review Film The Handmaiden. Di akhir 2025, film “The Handmaiden” (2016) masih sering disebut sebagai masterpiece thriller erotis dari Park Chan-wook, sutradara yang dikenal dengan gaya visual memukau. Adaptasi dari novel Fingersmith karya Sarah Waters, tapi dipindah setting ke Korea era pendudukan Jepang, film ini rilis perdana di Cannes dan langsung raih pujian global. Dengan durasi 145 menit, “The Handmaiden” gabung plot twist brilian, sinematografi indah, dan eksplorasi tema manipulasi serta hasrat. Meski kontroversial karena adegan intimnya, film ini tetap jadi benchmark sinema Korea yang cerdas dan sensual, sering direkomendasikan bagi pecinta thriller psikologis. BERITA BASKET
Plot dan Struktur Narasi yang Cerdas: Review Film The Handmaiden
Cerita dibagi tiga bagian dengan perspektif berbeda, ikuti pelayan muda yang direkrut penipu untuk bantu rayu pewaris kaya. Awalnya tampak seperti skema con klasik, tapi twist bertubi buat penonton terus menebak. Park Chan-wook pintar mainkan unreliable narrator: apa yang dilihat di bagian satu terbalik di bagian berikutnya. Pacingnya lambat tapi terkontrol, bangun ketegangan secara bertahap hingga klimaks memuaskan. Adegan intim tak gratisan—ia jadi alat naratif untuk ungkap kekuasaan, hasrat, dan pembebasan. Hasilnya, film ini seperti puzzle yang pasangannya sempurna, bikin penonton ingin nonton ulang untuk tangkap detail tersembunyi.
Visual dan Akting yang Memikat: Review Film The Handmaiden
Sinematografi Ryu Seong-hee jadi bintang: rumah megah bergaya Jepang-Korea digambarkan detail, dari perpustakaan erotis hingga taman indah yang kontras dengan intrik gelap. Setiap frame seperti lukisan, penuh simbolisme warna dan simetri. Akting trio utama luar biasa: Kim Min-hee sebagai pewaris rapuh tapi kompleks, Kim Tae-ri sebagai pelayan licik yang penuh lapisan, dan Ha Jung-woo sebagai penipu karismatik. Chemistry mereka bikin hubungan rumit terasa autentik, dari manipulasi jadi ketertarikan sejati. Film ini bukti bahwa erotisme bisa elegan, tak perlu vulgar untuk kuat.
Tema dan Dampak Budaya
Di balik sensualitas, “The Handmaiden” soroti patriarki, kolonialisme, dan pembebasan perempuan. Wanita di sini bukan korban pasif—mereka ambil kendali atas nasib sendiri, balas dendam pada sistem yang tekan mereka. Kritik terhadap budaya patriarkal era itu tajam, tapi disampaikan dengan gaya Park yang penuh ironi. Film ini raih banyak penghargaan internasional dan buka mata dunia pada kedalaman sinema Korea. Di 2025, tetap relevan sebagai diskusi tentang representasi queer dan kekuasaan dalam hubungan. Bagi yang suka twist ala Gone Girl tapi lebih artistik, ini wajib.
Kesimpulan
“The Handmaiden” adalah thriller erotis yang cerdas dan indah, gabung plot brilian dengan visual memukau serta tema mendalam. Park Chan-wook sukses ubah cerita Inggris jadi karya Korea yang unik, buat film ini timeless meski kontroversial. Di era film sering formulaik, karya ini ingatkan nilai narasi kompleks dan seni visual. Rekomendasi tinggi—nonton dengan pikiran terbuka, karena selain tegang dan sensual, kamu bakal dapat pengalaman sinematik kelas atas. Film yang bukti Korea jago mainkan genre apa pun dengan elegan dan berani.
